Pencarian

Senin, 22 April 2013

KENAPA HARUS MEMAKAI JILBAB

Kenapa harus memakai jilbab? Atas dasar apakah hendaknya memutuskan untuk memakainya ?


“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
” (QS. Al Ahzab [33]:59)

Apakah ayat diatas yang mendasari keputusan itu? Ataukah hanya sekadar mengikuti trend busana saat ini? karena sekarang ini banyak sekali ditemui para perempuan yang memakainya, walaupun cara menggunakannya masih “belum sempurna” sesuai syariat. Yah… sudah lumayanlah dibandingkan dengan yang sama sekali belum menggunakannya.

Tapi kalau jilbab lepas-pakai bagaimana ya?

Inilah masalahnya. Jilbab sebenarnya bukan hanya trend pakaian masa kini yang bisa diikuti/dipakai saat sedang trend saja, lalu dilepaskan lagi saat trend itu telah usai. Jilbab adalah kewajiban bagi seorang Muslimah yang sudah baligh. Sama wajibnya dengan keharusannya menegakkan sholat. Tidak bisa digunakan (dilepas-dipakai) sesuka hati karena ALLAH sudah menetapkan aturannya dengan jelas.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur [24]:31)

Di atas sudah disebutkan bahwa sebenarnya jilbab itu adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh keseluruh kaum muslimah. Bukan pilihan karena merasa sudah siap, atau alasan lainnya. Karena saat ini banyak yang belum menggunakannya berargumen wajib membenahi diri dulu baru berjilbab. Masalahnya berikutnya adalah; seberapa lama “durasi” yang dimiliki di dunia ini, sampai sejauh mana batasan “baik” sehingga layak untuk memakai jilbab?. Sementara membenahi diri adalah kewajiban yang harus dilakukan setiap saat tanpa ada akhirnya? Apakah ada seseorang yang merasa dirinya sudah soleh, sudah baik, dan sudah sempurna?

Lalu hingga sampai kapan argumen diatas akan terus-menerus dipertahankan? Pertanyaan-pertanyaan di atas juga tiada seorang (pun) yang dapat menjawabnya. Sementara selama kita hidup, kewajiban kita adalah terus memperbaiki diri, karena pada dasarnya manusia tidaklah sempurna. Lalu mereka yang berdalih memperbaiki diri dulu baru berjilbab atau menunggu datangnya hidayah (padahal hidayah itu harus dijemput dengan keimanan kita, bukan ditunggu!) bagaimana? Sempatkah menyempurnakan perintah-NYA?

Jilbab adalah saksiyyah (jati diri) wanita Islam, mahkota yang harus dijunjung tinggi. Bila seorang wanita telah memutuskan untuk berjilbab, maka ia harus siap dengan segala rintangannya atau ujian dari ALLAH. Siap menjaga sikap dan perilakunya. Karena jika seseorang wanita berjilbab melakukan hal-hal yang tidak semestinya, maka yang dituding bukan hanya diri wanita itu, tetapi juga jilbab dan Islam. Contohnya, jika seorang wanita berjilbab merokok di tempat umum, maka masyarakat akan berkata : “Tu kan, dah berjilbab tapi merokok?”. Jilbab dan Islam mendapat kesan negatif. Terlepas dari segala pembahasan tentang hak asasi seseorang untuk bebas melakukan apapun sepanjang tidak mengganggu kepentingan orang lain, wanita yang telah memutuskan untuk berjilbab hendaknya menjaga adab perilaku. Karena ia merupakan jati diri, sudah selayaknya kita menjaga jati diri, martabat sebagai seorang muslimah tersebut dengan sebaik–baiknya. Tidak memperlakukannya sesuka hati dan membuat peraturan sendiri. Ada yang berjilbab awalnya karena merasa mendapat hidayah, namun dalam perjalanan hidupnya ketika merasa kecewa dengan apa yang dialaminya, lalu jilbab pun dilepaskan. Sayangnya ketika melepasi jilbab yang ada adalah sikap dan perilaku jahiliyah… Astaghfirullah halazhim.

Wahai para Muslimah yang dimuliakan ALLAH, berbahagialah dengan kemuliaan itu, sudah selayaknya kemuliaan itu dijaga dengan segala daya dan upaya. Hanya itu cara mengabdikan diri kepada-NYA, mematuhi perintah-NYA dan Rasul-NYA. Bekali diri dengan ilmu dan fahaman yang cukup tentang perintah ALLAH yang satu ini. Luruskan niat untuk berjihad melawan hawa nafsu. Sekali memutuskan berhijab, yakinlah bahawa kalian sudah melakukan sesuatu yang benar dan mohon pada-NYA agar tetap menjaga hati ini tetap beristiqomah dalam ketaatan pada-NYA. Ketika kalian sudah memutuskan untuk berhijab, sama artinya dengan membeli ‘tiket terusan’. Pantang untuk pulang bila belum sampai “wahana” terakhir. Jangan pernah berjalan mundur dan kembali kepada kejahiliahan diri. Tidak ada alasan apapun untuk menanggalkannya, karenaa ALLAH adalah segalanya. Tidak juga karena masalah rezeki yang sering membuat orang menanggalkan jilbab demi professionalisme dan tuntutan pekerjaan. Yakinlah ALLAH sang penjamin rezeki, apabila DIA yang memerintahkan kita menutup aurat, DIA juga yang akan menjamin rezeki untuk kita. Jangan pernah meragukan-NYA. Sedikit atau banyaknya rezeki adalah urusan-NYA. Namun yakinlah apabila kita patuhi-NYA, ALLAH tidak pernah menyia–nyiakan kepatuhan hamba-hamba-NYA. ALLAH Maha Mengetahui niat yang terkandung dalam hati para hamba–hamba-NYA.

Jangan pernah mempermainkan aturan–aturan-NYA. Kita hanya diperintahkan patuh dan taat, bukan mengganti ketentuan-NYA sesuai dengan yang kita inginkan. Rukhsah memang ada dalam semua hal, tapi harus ada syarat yang terpenuhi. “Syurga di kelilingi oleh sesuatu yang luar biasa sulit, sementara sebaliknya, neraka justru di kelilingi segala kemudahan.” hendak kemanakah kita nanti, kembali kepada kita masing–masing dalam mentaati perintah-NYA.

WaLLAHu a’lam bishawab, Wassalamu’alaikum warahmatuLLAHI wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar